Jumat, 23 Desember 2011

2011 JANUARI: DINAMIKA LUSI



JANUARI 2011: DINAMIKA LUSI

Dikontribusikan Oleh: Dr. Ir. Hardi Prasetyo

Januari 2011


Dinamika Penanggulangan Lumpur di Sidoarjo (selanjutnya Lusi) Januari 2011 merupakan edisi pertama dari Rangkaian Dinamika Lusi 2011. Di dalamnya mencakup pelaksanaan pada kurun akhir Desember 2010.




Sehingga luapan air telah melimpas dan menggenangi wilayah desa Gempolsari (2 RT), Glagaharum (2 RT), Sentul (4 RT), Plumbon dan Penatarsewu.
Sebagian warga terdampak luapan air tersebut, telah menuntut kompensasi atau ganti rugi ke BPLS.
Sehingga dalam waktu singkat telah meningkatkan muka lumpur secara lokal, yaitu di sebelah timur dari zona tumbukan TAS. Namun kejadian ini tidak memberikan dampak yang berarti.
Sehingga tanggul penahan lumpur terutama di P 21c terpaksa terus ditinggikan. Sampai mendekati angka kritis yang ditetapkan, yaitu 11 m.
Di sekitar daerah tumbukan ini waking minimal mencapai 120cm, lumpur di sisi dalam tanggul mulai digali, untuk mengurangi potensi kenaikan muka lumpur yang ekstrim.
Fakta lapangan menunjukkan bahwa setiap pagi, kanal sempit yang telah dikeruk sehari sebelumnya, telah diisi kembali oleh lumpur padu.
Hal ini mengindikasikan bahwa gerakan lereng bawah gunung lumpur terutama ke arah daerah depresi masih terus berlangsung.
Pada tanggal 30 Desember 2010, bagian dari dasar bronjong yang sedang dikerjakan, telah mengalami ‘sliding’, namun dengan intensitas yang minor. Kejadian ini telah mendapatkan perhatian khusus dari pimpinan BPLS, untuk mencegah potensi bencana yang lebih besar lagi (pasca ambles tanggul Glagaharum, yang telah menimbulkan masalah sosial kemasyarakatan baru).
Sehingga dipandang perlu untuk dilakukan langkah-langkah penyempurnaan penanganan Kebencanaan pada Kejadian Tanggap Darurat ke depan. Beberapa langkah yang ditempuh:
Pada tahun-tahun sebelumnya baik warga atau masyarakat umum baik di Indonesia atau di manca Negara, menggunakan momentum durasi tahunan semburan Lusi sebagai suatu proses ‘perenungan’ sampai ke konsolidasi upaya mencari solusi terhadap Bencana Lusi, yang terasa telah menjadi milik bersama warga dunia.
1)   Akan membangun kesamaan ‘knowledge’ dan persepsi terhadap suatu fakta lapangan terkait perubahan cukup mendasar. Bahwa perkembangan Lusi saat ini telah menuju tahap ‘dormant’, sehingga potensi yang mungkin ditimbulkan semburan semakin berkurang;
2)   Mud volcano Lusi masih terus melakukan reorganisasi, termasuk dinamika deformasi, sehingga masih relevan posisi kebijakan yang dianut selama ini. Bahwa semburan Lusi sebagai suatu mud volcano, sulit dihentikan oleh teknologi yang tersedia saat ini; dan
3)   Rekonsiliasi para pemangku kepentingan Lusi, dari posisi masa lalu yang penuh dengan kontroversi dan perbedaan pendapat terkait penyebab semburan. Untuk selanjutnya lebih realistis melihat ke depan menuju suatu solusi yang holistik.

Sehingga dipandang perlu untuk menyamakan ‘knowledge’ dan persepsi umum terhadap esensi dari Perubahan Paradigma Semburan dan Luapan mud volcano Lusi.
Mempunyai analogi perkembangan dengan mud volcano Bleduk Kuwu di Jawa Tengah. Kondisi luapan pada Januari 2011 dimana luaran material semburan di kawah terutama didominasi air, temperatur dipantau di lereng yang semakin dingin. Sehingga posisi dormant menjadi semakin mantap.
Namun titik semburan masih dinamis (perubahan posisi, disertai kick lumpur, tanpa flow lumpur), dikomplemen dengan masih terjadinya deformasi terutama amblesan dan patahan. Sehingga BPLS tetap menentukan bahwa semburan Lusi masih sulit dihentikan oleh teknologi yang tersedia saat ini.
a.   Semburan terus seperti saat ini dengan ‘kick lumpur’, namun luapan didominasi air yang semakin dingin;
b.   Semburan terutama ‘kick’ berhenti atau mengecil berubah menjadi rembesan air ‘water seep’, model ideal dari Bleduk Kuwu; dan
c.   Semburan kembali pada perilaku Lusi Panas (2006-2009) dengan kick tinggi, flow rate di atas 50.000 m3.
Disamping itu BPLS telah menyiapkan antisipasi bila memasuki kasus skenario terburuk (the worst case scenario), yaitu kasus scenario ke III (Hot LUSI recurrent interval).
Ditujukan untuk mengetahui anatomi di bawah permukaan (subsurface) dari lokasi kawah pada pusat semburan yang saat ini. Karena semua informasi dan knowledge selama ini terutama didasarkan pada informasi diambil sebelum terjadinya semburan (2006);
a.   Pengungkapan misteri anatomi di bawah permukaan dari pusat semburan Lusi, serta asal mula (origin) sumber air, gas dan panas,
b.   Pemantauan dan analisis geohazard baik sebagai dampak berganda semburan Lusi atau reaktivasi dari sistem Patahan Watukosek; dan
c.   Model pertumbuhan dan perkembangan Lusi serta implikasi pada pengembangan wilayah dan lingkungan ke depan;
Terakhir pergerakan lereng dan lumpur dining yang signifikan terjadi awal Januari di sebelah timur TAS. Fenomena ini merupakan suatu rangkaian dari efek domino (impact domino) yang terjadi beruntun dengan sekuen searah kebalikan perputaran jam (counter clock). Berturut-turut diawali di P 25 (baratdaya), P 43 (tenggara), Reno utara (timur);
                                         i.    Paling dominan, Sungai P43 (timur) masuk ke Pond Reno,
                                        ii.    Sungai P25 (baratdaya) masuk ke Pond Jatirejo,
                                       iii.    Sungai Siring (barat), masuk ke depresi Siring selanjutnya masuk ke Pond Jatirejo; dan
                                      iv.    Sungai TAS (utara), pada zona tumbukan TAS, masuk ke Pond Glagaharum;


Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (2007-2009). Di sisi lain efek reorganisasi mud volcano pasca ‘dormant’ dengan deformasi yang cenderung dengan pola radial diidentifikasikan meningkat, sebagai konsekuensi berlangsungnya proses pembentukan kaldera (caldera formation).
Merupakan bagian tidak yang tidak dapat dipisahkan dari mekanisme perkembangan suatu mud volcano.
Hal ini cenderung menentukan bahwa aspek pembebanan lumpur (loading) dan hilangnya masa di bawah permukaan (mass removal) sebagai pengendali utama, yang dikomplemen dengan reaktivasi sistem Patahan Watukosek (Watukosek Fault System).
15)Bubble aktif terutama di luar PAT dengan jumlah dan intensitas yang berfluktuatif, namun pada posisi 1 Januari 2011 cenderung menurun.

Kinerja Bapel BPLS dengan seluruh komponen yang merupakan proses masukan (input process) dari keseluruhan Sistem Penanggulangan Lusi dapat dioptimalkan. Proses masukan terdiri dari: a) Sumber Daya Manusia (SDM); b) Penguatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terapan; c) Data dan Informasi; d) Organisasi; e) Peraturan dan Perundang-undangan sebagai Landasan Hukum;
Semburan Lusi dapat bertahan pada posisi tahap perkembangan mud volcano yang semakin ‘dormant. Atau sebagai suatu anugerah bila sampai pada tahap ‘berhenti secara alami’.
Sehingga potensi resiko yang ditimbulkan langsung oleh semburan dapat diminimalkan atau ditiadakan sama sekali;
Paradigma baru dari kontroversi menuju solusi yang holistik dapat diterima secara universal, dalam arti melihat suatu realitas saat ini Lusi sebagai mud volcano menuju tahap dormant, sehingga fokus ke depan lebih ditujukan menuju solusi yang permanen dan holistik.
Daripada mengembangkan kontroversi terkait penyebab (causing) dan pemicu (triggering) sebagai warisan masa lalu. Yang sangat ideal untuk dijadikan sebagai suatu materi penelitian ilmiah di Pendidikan Tinggi, untuk strata S2 atau S3.
4)    Anatomi dan pengendali semburan semakin jelas, misteri dapat diungkap, durasi hidup Lusi menjadi realistis: Seiring perjalanan waktu, melalui berbagai upaya sehingga anatomi bawah permukaan Lusi dapat diperjelas, dan misteri asal usul dari air, gas, dapat diketahui.
Sehingga perkiraan durasi semburan Lusi semakin dapat diperkirakan secara realitas, sebagai konsekuensi model durasi semburan Lusi yang selama ini dianut 23-35 tahun harus ditinggalkan.
Demikian pula pertumbuhan gunung di permukaan dapat dipantau secara berkelanjutan dari hari ke hari.
Sehingga adanya anomaly yang berdampak negatif, secara cepat dapat dideteksi. Hal ini sebagai suatu sistem peringatan dini (early warning), terhadap potensi bahaya yang terjadi di luar perkiraan sebelumnya.
Dengan Pola Tetap dan ‘grand strategy’ penanganan luapan Lusi yang diaktualisasi karena adanya perubahan mendasar dari mengalirkan Lusi fluida dan Panas menjadi Lumpur padatan dan dingin, sehingga dapat mengantisipasi:
a.   reorganisasi tubuh gunung lumpur padu yang berekspansi horizontal;
b.   mengantisipasi tumbukan lereng di tiga zona (Osaka, TAS dan Siring),
c.   antisipasi akumulasi air dingin di daerah cekungan yang luas (Glagaharum dan Mindi), dan
d.   mengurangi secara bertahap volume dan atau ketinggian permukaan lumpur padu dan dingin, baik mengantisipasi daya dukung tanggul dan daya tamping kolam, maupun mengurangi dampak berganda geohazard dipicu oleh efek pembebanan lumpur;
Dampak geohazard terutama bubble dengan semburan gas metan, amblesan, patahan dan rekahan dapat dipantau secara seksama.
Sehingga potensi geohazard yang berpotensi ditimbulkan dapat segera ditangani, yang pada akhirnya dapat mengurangi resiko bencana khususnya wilayah tidak layak huni.
Harapan terintegrasi dengan menurunnya intensitas semburan dan amblesan, berhasilnya mengurangi volume lumpur padu di dalam PAT, dan intensitas geohazard dapat diminimalkan. Sehingga kawasan dapat bertahan menjadi layak huni.
a.   Di dalam PAT (Perpres 14/2007),
b.   3 Desa di luar PAT (Perpres 48/2008); (3) 9 RT dari 3 Desa di luar PAT yang ditetapkan sebagai wilayah tidak layak huni (Perpres 40/2009);
c.   Wilayah di luar PAT lainnya yang telah diusulkan dan dalam pengkajian sebagai tidak layak huni;
d.   Pembebasan lahan dan bangunan untuk relokasi infrastruktur jalan arteri dan jalan Tol; dan
e.   Pembelian lahan dan bangunan di sekitar Pond Glagaharum.
Pembangunan relokasi infrastruktur jalan nasional dan jalan Tol dapat dirampungkan sehingga dapat memulihkan roda perekonomian lokal dan regional, serta mengantisipasi kejadian fatal terhadap potensi kerusakan Jembatan melintas Kali Porong yang telah dilalui dengan kapasitas beban kendaraan angkutan barang yang luar biasa.
Sebagai harapan antara, pembangunan dan revitalisasi jalan alternative di sekitar PAT, akan dapat mengurangi beban pada saat terjadinya ‘traffic jam’ yang telah membudaya.
Pulau Lumpur beserta aset pendukungnya jalan di selatan Tanggul Kali Porong, dan pelabuhan nelayan tradisional dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai bagian dari perubahan paradigm dari Bencana ke Manfaat.
Diwujudkan dalam kawasan perkembangan ekonomi baru berbasis ‘water front resort’ yang berwawasan lingkungan.
Misi nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo yang ditugaskan kepada Bapel BPLS berdasarkan Landasan Hukum utama Perpres 14/2007, serta mengacu Renstra dan Road Map yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 dapat dioptimalkan.
Selanjutnya dievaluasi secara menyeluruh untuk ditentukan perspektif dan kebijakan strategis ke depannya.

1)   Kali Porong sebagai wahana pengaliran Lusi ke laut. Selanjutnya dijadikan sebagai Pola Tetap dan Grand Strategy sistem pengaliran lumpur, sebagaimana diamanahkan pada Perpres 14/2007 dan perubahan ke dua Perpres 40/2009;
2)   Pulau Lumpur sebagai pengendali tahap akhir alur sedimen ke dalam Palung dari Selat Madura, disamping berfungsi untuk mendukung misi pengaliran Lusi ke laut.
3)   Juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan/kepentingan baik sosial, lingkungan maupun ekonomi.
Hasil nyata adalah kekhawatiran masyarakat terhadap potensi terjadinya banjir, dengan puncak debit aliran di Kali Porong yang pernah mencapai 1500 m3/detik (2009) dan sekitar 1.000 m3/dt (Desember 2010) dapat diantisipasi.
Dengan demikian pada analisis resiko bencana, yang mungkin ditimbulkan telah ditempatkan pada peringkat yang lebih rendah.
Kelestarian lingkungan dipertahankan, dimana proses hutanisasi bakau telah berkembang dengan signifikan;
Sedang dalam tahap pembangunan dengan konstruksi ‘beton’ pelabuhan nelayan tradisional. Pemantauan di lapangan 1 Januari 2011 menunjukkan bahwa masyarakat dari berbagai daerah telah mulai memanfaatkan sarana dan prasarana tersebut sebagai suatu ‘water front city’. Sehingga dalam perjalanan waktu akan meningkat secara signifikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar