PENINGKATAN INTENSITAS DEFORMASI DI PUSAT
SEMBURAN DAN DAERAH SEKITARNYA:
IMPLIKASINYA TERHADAP
STRATEGI PENGENDALIAN SEMBURAN
DAN LUAPAN LUSI KE DEPAN
BAGIAN RINGKASAN EKSEKUTIF DAN POLA PIKIR,
DARI DOKUMEN DRAFT AWAL:
Dikontribusikan Oleh: Hardi Prasetyo
Sebagai bagian Monitoring, Evaluation dan Analisis
(Monevan) Pimpinan Bapel BPLS, terhadap Isu Kritis dan atau Kejadian Khusus
Yang Perlu mendapatkan prioritas Perhatian dan Respon Cepat
10 Juni 2008
Ringkasan Eksekutif dan Pola Pikir
POKOK-POKOK BAHASAN:
·
Lusi pada umur yang kedua menunjukkan indikasi
peningkatan dinamikanya
·
Indikasi dahsyatnya pengendali mekanisme semburan
Lusi, dan pandangan akan berlangsung beberapa tahun ke depan
·
Perkembangan terkini penurunan (subsidence) dan yang mengemuka runtuh seketika (suddence collapse) pusat semburan
·
Fenomena Runtuhan Seketika di Pusat Semburan telah
mengubah anatomi dan pengendali mekanisme
·
Perubahan paradigma antara pengendali mekhanisme
semburan lusi dari dalam permukaan bumi, dan upaya manusia untuk mengendalikan
guna memperkecil dampak
·
Tantangan mendasar (Basic Challenge) yang dihadapi sehubungan dengan terjadinya
perubahan paradigma Lusi dan konglomerasi masalah sosial kemasyarakatan
·
Perkiraan keadaan akumulasi masalah sosial
kemasyarakatan pasca ulang tahun Lusi ke dua
·
Kondisi Yang Diharapkan
·
Sasaran yang diharapkan
o Sasaran utama (main
target)
o Sasaran antara (ultimate
target)
·
Fakta lapangan bersifat time series dari monevan
sebagai basis data dan informasi
·
Maksud dan Tujuan Dokumen
·
Aktualisasi Sumber Data dan Informasi ilmiah
terkini
·
Kronologis Kejadian (Major-Minnor)
o
18 Maret
(Interval-1 sudden Collapse Pusat Semburan 3m semalam):
o 10 April 2008 (Tanggul 43 Subsidence, Jebol):
o 17 April 2008 (Amblas Tanggul Lingkar Luar 6-61 di
Renokenongo):
o
Mei 2008 (runtuh seketika tanggul P6-61):
o
3 Juni 2008 (Jebol Tanggul 45)
o
4 Juni 2008 (Interval-2 Suddence Collapse
Pusat Semburan 4-7m semalam)
o
8 Juni 2008 (Jebolnya Tanggul 44.1 dan
subsidence T. 43)
Ringkasan Eksekutif dan Pola Pikir
Lusi pada umur yang kedua menunjukkan indikasi peningkatan dinamikanya
·
Semburan lumpur panas (hot mud flow) di
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo berawal sejak 29 Mei 2006,
·
Setelah genap berumur dua tahun baik dari indikator
anatomi maupun dari perilakunya (anatomy and behaviour), semakin
menunjukkan suatu dinamika yang sangat progresif (progressively dynamic).
Indikasi dahsyatnya pengendali mekanisme semburan Lusi, dan pandangan akan
berlangsung beberapa tahun ke depan
·
Volume
lumpur bercampur air dan gas yang disemburkan dari dalam perut bumi (interior
of the Earth) masih berkisar rata-rata tengah sampai atas sekitar 80.000-120.00 m3/hari, dan temperatur dipermukaan sekitar 100oC.
·
Hal tersebut memberikan indikasi atau ilustrasi bagaimana
dahsyatnya pengendali mekanisme semburan lumpur (mud eruption driving force) yang telah berperan.
·
Sehingga pakar kebumian
internasional (interntional geoscienstists) memperkirakan semburan masih
akan berlangsung beberapa tahun ke depan.
Perkembangan terkini penurunan (subsidence)
dan yang mengemuka runtuh seketika (suddence
collapse) pusat semburan
·
Perkembangan terkini yang mengemuka (new
significant development) dari lumpur
Sidoarjo terkait dengan aspek deformasi geologi (geohazard),
·
yaitu penurunan tanah (land
subsidence) di pusat semburan dan sekitarnya yang memberikan implikasi luas
baik sekarang dan pada masa depan terhadap lingkungan (environmentan) di daerah sekitarnya.
·
Subsidence yang dimaksud intensitasnya
semakin meningkat dan cakupan daerahnya semakin meluas.
·
Adapun kasus atau isu kritis yang sangat ekstrim dengan
peringkat sangat khusus (very special case) dalam tahap evolusi (evolution stage) semburan atau luapan Lusi
adalah sistem pusat semburan (eruption centre system) mulai
mengalami suatu interval perulangan (recurrent interval) dari keruntuhan
seketika (suddence collapse) kawah,
·
sehingga tenggelam dan menjelma menjadi suatu
kaldera dicirikan sebagai suatu daerah depresi (depression region) bebentuk cekungan melingkar (radial basin).
·
Fenomena keruntuhan seketika ini merupakan jenis
penurunan tanah atau amblesan (sag-like subsidence), namun dengan intensitas
mencapai 3 sampai 7 m dalam satu malam.
·
Bila dibandingkan tingkat penurunan tanah yang
rutin/konvensional dalam skala berkisar 4 cm/hari (Abidin dkk., 2008).
Fenomena Runtuhan Seketika di Pusat Semburan telah mengubah anatomi dan
pengendali mekanisme
·
Bersamaan terjadinya keruntuhan total pusat
semburan telah memberikan implikasi yang seketika (instance implication), yaitu mengubah anatomi dan pengendali
mekanisme (anatomy and driving force) di pusat semburan (big hole).
·
Dimana pusat semburan telah tenggelam (sinking), selanjutnya membentuk suatu
topografi kaldera (caldera topographic).
·
Dicirikan sebagai sutu daerah depresi (depression
region), atau dari sistem pengaliran fluida sebagai suatu cekungan yang
luas (big basin).
·
Sementara itu implikasi
selanjutnya berdasarkan proses belajar kejadian ’suddence collapse’ yang
pertama (Interval-1) adalah peningkatan intensitas bubble di daerah zona
lemah (khususnya Pond Siring Timur dan Siring Barart),
·
Menyebabkan
tanggul-tanggul baik Utama atau Lingkar Luar mengalami deformasi sampai pada
skenario runtuh atau amblas.
Perubahan paradigma antara pengendali mekhanisme semburan lusi dari dalam
permukaan bumi, dan upaya manusia untuk mengendalikan guna memperkecil dampak
·
Sebagai implikasi pada tahapan perkembangan saat
ini Lusi cenderung semakin memperlihatkan perilaku aslinya (naturally behaviour) yang dikendalikan oleh kekuatan dan
kedahsyatan (powered and spectacularly) dari sumber di dalam bumi (interior
of the Earth).
·
Di pihak lain manusia terus mengerahkan segala
kemampuan fikiran dan tenaganya untuk berupaya mengendalikan semburan dan
luapannya disamping implikasi geohazard
yang ditimbulkannya guna mengamankan sendi-sendi keamanan masyarakat.
·
Atau
sekurang-kurangnya memperkecil dampak yang mungkin ditimbulkannya.
·
Berkenaan dengan adanya sinyal dari perubahan
peningkatan pengendali mekanisme dari dalam bumi (interior of the Earth
driving force), sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya semburan Lusi.
·
Hal tersebut perlu diimbangi dengan reaktualisasi
paradigma dan strategi (paradigm and
strategy reactualisation) serta
diikuti upaya dan aksi nyata dengan pendekatan komprehensif, integral dan
holistik (Integrally, comprehensive and
holistic approachs).
Tantangan mendasar (Basic Challenge)
yang dihadapi sehubungan dengan terjadinya perubahan paradigma Lusi dan
konglomerasi masalah sosial kemasyarakatan
·
Tantangan mendasar yang dihadapi BPLS pada
khususnya dan Pemerintah serta masyarakat pada umumnya adalah bagaimana
melakukan pencerahan (enlightment)
dan reaktualisasi strategi (strategy
actualisation) Penanggulangan Semburan dan Penanganan Luapan Lusi,
dibarengi dengan upaya dan aksi nyata di lapangan (real action in the field).
·
Hal ini guna merespon terjadinya perubahan
paradigma (paradigm shift) terkait
semburan Lusi setelah terlangsungnya perulangan interval Keruntuhan Seketika (suddence collapse) Pusat Semburan.
Dimana seterusnya diikuti meningkatnya intensitas deformasi. Pada akhirnya
telah memberikan implikasi luas terhadap pertahanan dari sistem tanggul
pengendali luapan lumpur. Dengan skenario telah berulang kali mengalami
serangan fatal yang sulit dihadang.
·
Diimplementasikan dalam rangka mengoptimalkan
segala daya dan tenaga dalam melaksanakan misi nasional Penanggulangan Lumpur
Sidoarjo.
Perkiraan keadaan akumulasi masalah sosial kemasyarakatan pasca ulang tahun
Lusi ke dua
·
Perkiraan keadaan (kirka) aspek umum bahwa dari
titik awal yaitu saat Lusi menginjak usianya yang kedua (the second years of
aniversary), akan semakin mengemuka sekurang-kurangnya enam permasalahan
sosial kemasyarakat. Yang berlangsung secara bersamaan atau simultan.
·
Salah satu dari enam permasalahan tersebut terkait
langsung dengan sistem penanganan luapan Lusi (managment Sidoarjo mudflow system) adalah terjadinya sedimentasi
yang sangat cepat di Kali Porong,
·
Sebagai konsekuensinya semakin meningkatnya
kapasitas sistem pemompaan Lumpur dari pusat semburan.
·
Dibarengi semakin berkurangnya debit aliran sungai
pada musim kemarau yang datang lebih cepat dari dugaan semula.
·
Dampak langsung berkembangnya masalah sosial
terhadap upaya pengendalian semburan dan luapan lumpur, sekarand dan KE DEPAN
yaitu:
o Penolakan pemasangan
infrastruktur penanganan luapan (untuk memasang pipa crossing telah memecahkan
rekor nasional Muri, karena telah diamankan oleh lebih dari 500 aparat
keamanan)
o Penolakan pembangunan
Infrastruktur Tanggul Lingkar Luar (saat ini yang mengemuka di Renokenongo);
o Blokade jalan masuk ke
Luapan Lumpur, sehingga dapat menghambat upaya respon cepat pada saat emergency
o Ancaman pada operator
untuk melaksanakan tugasnya
o SEHINGGA DAN KIRKA:
Analisis pendekatan holistik yang dihasilkan bila masalah sosial tidak/belum
terkendali atau belum bisa teratasi, maka terhadap upaya untuk penerapan
teknologi tinggi dan bernilai ekonomi (mahal) untuk melakukan penanggulangan
semburan (misalnya relief well-3 yang umumnya dioperatori oleh warga asing dari
industri migas) memberikan Kirka berpotensi untuk mendapatkan penolakan
bahkan perlawanan yang anarkis.
Kondisi Yang Diharapkan
·
Kondisi yang diharapkan adalah dengan memahami
terjadinya perubahan paradigma semburan Lusi yang didasarkan pada kondisi
aktual lapangan berbasis Monevan, diperkuat oleh data, informasi dan knowledge berlatarbelakang akademik,
diharapkan dapat diaktualisasikan strategi dan langkah nyata sistem
Penanggulangan Semburan dan Penanganan Luapan Lusi.
·
Sebagai luaran nyata (actual output) adalah perencanaan dan implementasi di lapangan
yang lebih efisien dan efektif dengan menerapkan strategi baru, dimana lebih
kuat dan antisipatif menghadapi perilaku baru Lusi dengan interval keruntuhan
seketika di daerah pusat semburan.
·
Pada tataran rencana operasional termasuk di
dalamnya:
o antisipasi Pusat Semburan
sebagai basin atau Kaldera (daerah depresi);
o sistem pengaliran lusi
beserta teknologi yang efisien;
o rancangan pertahanan
Tanggul 44-43 yang sebelumnya sebagai Jalur-3 menjadi Jalur-1; dan
o rekondisi Intake dan Basin 41,dll.
·
Sebagai outcome
yang diharapkan adalah diaktualisasikannya paradigma baru Penanggulangan Lusi
diikuti dengan upaya dan langkah nyata (real
action) di lapangan, yang akan meningkatkan kinerja Penanggulangan Lusi,
sehingga keamanan masyarakat dan infrastrukturumum lebih terjamin.
·
Pada akhirnya sendi-sendi kehidupan masyarakat
dapat dipulihkan dan ditingkatkan menuju skenario KOTA BARU SIDOARJO SEBAGAI
KAWASAN PERTUMBUHAN BARU DI JAWA BAGIAN TIMUR.
Sasaran yang diharapkan
Sasaran utama (main target)
(1)
terbangunnya suatu pemahaman (understanding) berbasis fakta lapangan dan didukung pengetauan (knowledge) bahwa telah terjadi suatu
perubahan paradigma (paradigm shift)
terkait anatomi dan pengendali mekanisme di pusat semburan pasca perulangan
interval runtuh seketika (suddence
collapse) dan implikasinya;
(2)
memberikan peringatan dini (early warning) bahwa pengendali mekanisme dari sumber dalam bumi
mungkin/akan berlanjut pada interval ke tiga, dimana diantaranya dapat
meningkatkan intensitas geohazard;
(3)
dapat dirumuskan respon ke depan untuk mengantisipasi
the worst scenario bila intensitas
deformasi terjadi pada intensitas > dari even ke 2 (3 Juni 2008) sampai
meruntuhkan tanggul cincin dan bersamaan dengan itu terjadi pada musim
penghujan;
(4)
terjalinnya komunikasi dan kesamaan persepsi dan
kondisi nyata antara BP, DP, dan Lapindo serta Pemerintah Daerah bahwa tahap
perkembangan semburan Lusi dengan implikasi geohazard penurunan baik dalam
skala tinggi (sag-like subsidence)
sebesar 4 cm/per hari, maupun yang dahsyat mencapai 4-7m dalam satu malam (suddence collapse), bukanlah merupakan
sekedar wacana atau ilusi ilmiah. Namun saat ini ia sudah menjadi suatu
realitas yang harus dihadapi secara rasional, sebagai konsekuensi dari evolusi
dari lahir dan berkembangnya semburan Lusi yang telah diberi anugerah sebagai
gunung lumpur yang tumbuh paling cepat didunia.
Sasaran antara (ultimate target)
·
Dokumen ini sebagai suatu himpunan informasi dan knowledge berbasis fakta kondisi aktual
di lapangan terkait pengendali mekanisme semburan lumpur dan dampak geohazard,
·
Merupakan alat bantu yang berperan sebagai baseline dalam menyiapkan ’term of refference’ (kerangka acuan)
maupun dokumen putih (white paper)
BPLS terhadap rencana dalam waktu dekat ini oleh Bapel BPLS dilaksanakannya suatu
agenda Semina/Diskusi/Workshop tingkat Nasional/Internasional dengan tema utama
’Mencari
Alternatif Solusi Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarajo”
Fakta lapangan bersifat time series dari monevan sebagai basis data dan
informasi
·
Kondisi aktual dari dua even utama terkait deformasi
tipe keruntuhan seketika di Pusat Semburan, even lainnya lebih bersifat minor
di dalam dua interval tersebut, telah didokumentasikan secara kronologi. Dihimpun dalam tulisan
’KONDISI EMERGENCY: TANTANGAN DAN OPTIMISME (Prasetyo 2008, in press).
·
Dokumen ini merekam fakta di lapangan (field real fact) terhadap even
makro-dan mikro yang dibatasi oleh dua interval makro ’suddence collapse’ sistem Pusat Semburan. Kejadian khusus tersebut
diuntai dalam suatu Kilas Balik Kondisi Darurat yang telah terjadi selama
mengemban misi nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo sejak diberlakukannya
Peraturan Presiden No. 14/2007 tanggal 8 April 2007, merupakan hari kelahiran
BPLS.
Maksud dan Tujuan Dokumen
·
Dokumen ini berbasis pada rekaman kejadian faktual
di lapangan yang merupakan suatu seri lengkap (complete series) dari kejadian super khusus dan kejadian khusus
terkait geohzard, sebagai implikasi
langsung semburan Lusi.
·
Rekaman dokumenter visual (foto dan video) merupakan
fakta sejarah (historical fact) dari
kegiatan Monitoring, Evaluation&Analysys (Monevan) operasi harian (day-by-day
operation) dari pimpinan Bapel BPLS.
·
Sebagai dasar untuk proses reaksi cepat (quick response) terhadap perubahan
lingkungan strategis (environmental
strategic changes) yang terjadi, diikuti proses analisis kebijakan dan
arahan pimpinan Bapel BPLS.
·
Tulisan ini diharapkan sebagai alat bantu yang
handal (significance tool) dalam
upaya melakukan pencerahan (enlightment).
·
Ditindaklanjuti dengan langkah antisipasi
menghadapi suatu paradigma baru dari semburan Lusi yang memperlihatkan
sifat-sifat alami yang dimanifestasikan dengan fenomena geohazard yaitu: runtuhan seketika pusat semburan,
penurunan-amblesan (sag-like subsidence),
patahan, rekahan, semburan bubble dominan air disertai gas.
Aktualisasi Sumber Data dan Informasi ilmiah terkini
·
Publikasi ilmiah yang terkini yang diterbitkan pada
forum berskala nasional dan internasional pada kurun waktu tahun 2007-2008
termasuk studi komprehensif dari Badan Geologi, DESDM digunakan sebagai
baseline informasi terhadap besaran-besaran terkait intensitas deformasi.
Kesimpulan aspek Teknis Operasional
·
Pasca keruntuhan seketika pusat semburan diikuti
jebolan Tanggul 45 telah menyebabkan perubahan dramatis topografi Kawah sebagai
daerah topografi tinggian menjadi Kaldera, topografi rendahan membentu geometri
cekungan (basin);
·
Kemiringan regional darah sekitarnya berubah
seketika menjadi ke arah Kaldera, termasuk Pond PerumTAS bagian selatan, Pond
Utama bagian barat (Mulut Kanal Barat);
·
Pengaliran Lusi dari Pusat Semburan yang
konvensional yaitu jalur 1 (Kanal Barat-intake) dan Jalur 2 (Cofferdam-Basin
41) akan menghadapi tantangan yang besar;
·
Secara alami tanpa ada perubahan struktur
cofferdam, maka Pusat Semburan akan menyatu atau berhubungan dengan Pond Utama
di sektor 44 dan 43.1;
·
Sehubungan para pakar kebumian telah berpendapat
bahwa rate of subsidence cukup tinggi
dan berlanjut, disamping terjadinya sudden
collapse yang kedua dengan intensitas yang tinggi. Maka dikhawatirkan
proses deformasi tersebut akan berlanjut, dan dari learning process pada suddence collepse Pusat Semburan yang
pertama (18 Maret), telah diikuti dengan peningkatan intensitas bubble di Pond
Siring dan di Desa Siring Barat;
·
Pola pikir dan Strategi sistem pengaliran Lusi
harus segera diaktualisasikan dengan memperhatikan kondisi aktual yang terjadi,
dalam hal ini terjadinya perubahan paradigma pengendali mekanisme semburan dan
implikasinya baik jangka pendek dan jangka panjang;
·
Kewaspadaan harus ditingkatkan sehubungan Tanggul
Renokenongo T6-61 masih terbuka, keruntuhan tanggul belum mendapatkan
penanganan, dan T44 dan T43 akan menjadi titik lemah (weakness point) bahkan titik kritis (critical point) terhadap potensi meluapnya lusi dari Pond Utama ke
utara (Pond PerumTAS);
·
Mau tidak mau, suka tidak suka, alternatif yang
komplek, pahit dari pembangungan Tanggul Lingkar Luar Renokenongo harus segera
dilaksanakan, karena opsi yang tersedia tidak banyak, sebagai salah satu jalan
keluar ’escape’ untuk mencegah tidak meluasnya Peta Area Terdampak;
·
Pemanfaatan pompa booster pada skenario akumulasi
Lusi yang optimal dan kritis akan berada di titik 43 dan 44, merupakan salah
satu alternatif prioritas. Hal ini sebagai langkah kedaruratan (emergency) dan rencana kontijensi
sebagai langkah pengamanan (Escape gate) untuk
mengantisipasi Titik 43 dan 44 akan terus mendapatkan tekanan, sebelum
pengaliran Jalur 1 (Mulut Kanal Barat-Intake) dan Jalur-2 (Cofferdam-Kanal
tenggara-Basin 41) terbangun kembali dengan rasio kesulitan yang tinggi.
Kronologis Kejadian (Major-Minnor)
18 Maret (Interval-1 sudden Collapse):
·
Subsidence tipe amblesan (sag-like subsidence) mencapai 3 m selanjutnya telah
diaktualisasi oleh pakar kebumian internasional sebagai Even Keruntuhan
Seketika, berpotensi menimbulkan keruntuhan fatal Pusat Semburan (Tanggul Cincin).
·
Pada perkembangan waktu telah meningkatkan
intensitas geohazard antara lain bubble
baik di Pond Siring (PAT) maupun di Siring Barat (diluar PAT).
10
April 2008 (Tanggul 43 Subsidence, Jebol):
·
Deformasi pada tanggul 43 di sebelah overflow 44.2,
menyebabkan Lusi harus dialirkan ke PerumTAS selama 8 hari dan berpotensi
mengancam Tanggul Reno
17
April 2008 (Amblas Tanggul Lingkar Luar 6-61 di
Renokenongo):
·
Tanggul Renokenongo mengalami deformasi
(amblesan/sliding) semakin meningkatkan potensi bahaya bagi masyarakat di
Renokenongo dan Glagaharum, karena belum adanya Tanggul Ring Luar.
22 Mei
2008 (runtuh seketika
tanggul P6-61):
·
Terjadi amblesan sepanjang 200 meter dengan ambles
sedalam 2-3 meter di tanggul Infrastruktur titik P4-P61, berlanjut tanggul dan
retak di P1-2. Model deformasi sangat mirip dengan pemahaman dari runtuhnya
seketika pusat semburan, terjadi amblasan dengan intensitas vertikal sampai
2-3m, namun terjadinya di Tanggul yang berada ditimur laut Pusat Semburan.
3 Juni
2008:
·
Retak
diikuti Jebol Tanggul 45 (Tanggul Cincin Barat) di pusat semburan, Lusi dengan
deras mengalir ke arah barat menuju Pond Marsinah-Siring. Pada hakekatnya
merupakan satu pengendali mekanisme dari Runtuhnya Seketika Pusat Semburan keesokan
harinya (4 Juni 2008)
4 Juni
2008:
·
Merupakan
kelanjutan dari Jebol 45, terjadi Interval-2 yaitu runtuh seketika Pusat
Semburan, dengan intensitas mencapai 7 meter dalam satu malam. Dalam pola pikir
pengendali mekanisme (driving force
mechanism mind set) runtuhan seketika, maka even 3 Juni 2008 pada
hakekatnya merupakan tahap awal (initial
stage) keruntuhan seketika pusat semburan.
·
Terjadinya runtuhan seketika pusat semburan
memberikan implikasi terhadap sistem pengendalian semburan dan luapan lumpur (mudflow management system), yaitu:
o amblesan yang tidak
merata di sekitar pusat semburan 4-7 m,
o tanggul cincin (ring dam) mengalami longsor ke dalam pusat semburan, dengan
retak-retak yang menonjol adalah berarah radial. Dimana sampai saat ini masih ada
di level atas, sebelah belakang tumpukan sand
back,
o cofferdam bagian selatan (pojok) mengalami
keruntuhan total, dan kearah utara berangsur menjadi terpatahkan (faulting) dan mengalami retakan (cracking) yang parah dengan arah
relatif tegaklurus terhadap arah umum tanggul cofferdam yaitu utara-selatan,
o secara umum topografi kawah yang merupakan
daerah positif (topographic high region) dari suatu kawah telah berubah menjadi daerah
depresi (depression region) membentuk
suatu cekungan (basin) yang lebar,
o kemiringan pada mulut Kanal Barat (west canal mouth) dan di selatan
Tanggul Cincin telah berubah dari sebelumnya ke selatan menjadi ke utara menuju
pusat semburan (eruption centre),
o aliran lumpur di kanal
barat yang masih tersisa berbalik ke utara,
o di utara pusat semburan
(Pond PerumTAS) depressi dari pusat semburan telah memicu terjadinya dampak
penurunan yang berbentuk relatif radial (radial
subsidence pattern),
o aliran luapan Lusi yang
keluar pada tanggul 45 terutama mengalir kearah Pond Marsinah dan Siring di
baratnya, namun masih terkonsentrasi pada daerah depresi radial pasca
terjadinya amblesan seketika.
8 Juni
2008:
·
Jebolnya
Tanggul 44.1b di sebelah timur Pusat Semburan dan Subsidence T. 43.1 merupakan
dampak berganda (multiplief impact)
kejadian Runtuhnya Seketika Interval-2 Pusat Semburan (4 Juni 2008).
·
Struktur cofferdam telah runtuh, kawah telah
berubah menjadi Kaldera, sehingga aliran lusi jalur-1 keselatan maupun jalur-2
dari cofferdam ka basin-41 tidak berfungsi.
·
Pasca
pengisian ‘Caldera’ lusi hanya
mengalir ke Jalur 3, sehingga terjadi akumulasi di T 44 dan T43.
·
Pond Utama
bagian utara di pojok barat sudah melampaui batas daya dukungnya, akhirnya
setelah fase overtopping akhirnya
T.44.1 jebol dan T43.1 mengalami subsidence lokal (daya eksogen, bukan
indogen).